Arti Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka sebagai Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran

Table of Contents

Apa itu Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka? Simak penjelasan ilmiah dan implementasinya sebagai pendekatan pembelajaran bermakna, menyenangkan, dan reflektif bagi peserta didik.

Mengapa Deep Learning Penting dalam Kurikulum Merdeka?

Kurikulum Merdeka dirancang untuk menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, fleksibel, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Salah satu pendekatan utamanya adalah Deep Learning, yang tidak hanya berarti "pembelajaran mendalam" secara kognitif, tetapi juga menyentuh aspek afektif, sosial, dan spiritual anak.

Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka

Menurut Permendikbudristek Nomor 10 Tahun 2025, Deep Learning menjadi prinsip dasar dalam mewujudkan pembelajaran yang joyful, meaningful, dan mindful. Ini adalah pendekatan yang mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif, reflektif, dan kontekstual, bukan sekadar menghafal.

Arti dan Kajian Teoritis Deep Learning dalam Pendidikan

1. Pengertian Deep Learning dalam Konteks Pendidikan

Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman bermakna, pengolahan informasi secara mendalam, serta keterkaitan antar konsep yang memungkinkan siswa mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.

Menurut Hattie & Donoghue (2016), Deep Learning mendorong peserta didik untuk:

  • Membangun koneksi konseptual,

  • Melakukan transfer pengetahuan,

  • Mengembangkan pemikiran reflektif dan kritis.

Sementara itu, OECD (2022) mendefinisikan Deep Learning sebagai pendekatan pembelajaran yang memberdayakan siswa dengan kompetensi abad 21, termasuk kreativitas, kolaborasi, dan kepemimpinan etis.

2. Tiga Pilar Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka

a. Joyful (Menyenangkan)

Lingkungan belajar harus membuat anak merasa aman, nyaman, dan bahagia. Pembelajaran yang menyenangkan akan meningkatkan motivasi intrinsik dan keterlibatan emosional peserta didik.

b. Meaningful (Bermakna)

Pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari akan membantu siswa memahami "mengapa saya harus belajar ini?". Bermakna juga berarti adanya hubungan antara konten belajar dengan konteks sosial-budaya anak.

c. Mindful (Reflektif)

Anak dilatih untuk menyadari proses berpikirnya (metakognitif), mengevaluasi pemahamannya, dan membentuk nilai serta sikap dari hasil pembelajaran.

"Deep learning requires more than understanding content—it requires the learner to reflect on the learning process itself."
— Hattie (2016)

Perbedaan Deep Learning vs Surface Learning

Aspek Deep Learning Surface Learning
Fokus Pemahaman konseptual & transfer Hafalan & pengulangan
Keterlibatan siswa Aktif, reflektif, eksploratif Pasif, instruksional
Motivasi Intrinsik (ingin tahu, relevansi) Ekstrinsik (nilai, ujian)
Keberlanjutan hasil Jangka panjang, membentuk karakter Sementara, mudah lupa

Integrasi Deep Learning dengan Prinsip Kurikulum Merdeka

Deep Learning bukan hanya metode, tetapi menjadi nilai dan filosofi dalam Kurikulum Merdeka. Ia menyatu dengan prinsip lain seperti:

  • Pembelajaran Berdiferensiasi (Tomlinson, 2014)

  • Projek Profil Pelajar Pancasila

  • 7 Kebiasaan Anak Hebat

  • Asesmen Formatof untuk Pembelajaran

Menurut Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemdikbudristek (2025), implementasi Deep Learning diwujudkan dalam pembelajaran yang berbasis pengalaman, interaktif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak secara alami.

Manfaat Penerapan Deep Learning di Kelas

  1. Meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi

  2. Mendorong pemikiran kritis dan kreatif

  3. Menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial

  4. Menguatkan kemandirian belajar siswa

Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka bukan sekadar strategi pengajaran, tetapi menjadi pendekatan menyeluruh untuk mengembangkan anak sebagai pembelajar sepanjang hayat. Dengan mengintegrasikan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, dan reflektif, guru dapat menciptakan ruang kelas yang menginspirasi dan transformatif.

Referensi

  1. Hattie, J., & Donoghue, G. (2016). Learning strategies: A synthesis and conceptual model. Review of Educational Research, 86(1), 3–23.

  2. OECD. (2022). Future of Education and Skills 2030: Learning Compass 2030.

  3. Permendikbudristek Nomor 10 Tahun 2025 tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

  4. Permendikbudristek Nomor 13 Tahun 2025 tentang Prinsip Pembelajaran

  5. Tomlinson, C. A. (2014). The Differentiated Classroom: Responding to the Needs of All Learners. ASCD.

  6. Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemdikbudristek. (2025). Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka di PAUD, SD, SMP.

Post a Comment